Varoliation: Cikal Bakal Vaksinasi Berasal dari Khilafah Utsmani
![](https://static.wixstatic.com/media/45c5e7_3f52795273194f968edbcd3feb3ebbdf~mv2.jpg/v1/fill/w_244,h_189,al_c,q_80,enc_auto/45c5e7_3f52795273194f968edbcd3feb3ebbdf~mv2.jpg)
Ar-Razi (sebagai Dokter) sedang menyembuhkan seorang pasien di Baghdad, Ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakit cacar.
YSAlhambra.com–Hingga sekarang, debat mengenai bisa tidaknya seorang Muslim divaksinasi masih terus berlangsung. Namun tahukah Anda bahwa cikal bakal vaksinasi berasal dari masa sebelum Kesultanan Utsmani?
Sebelum Edward Jenner memperkenalkan istilah ‘vaksinasi’ pada tahun 1796 dalam usahanya menemukan vaksin smallpox (sejenis cacar), Sudan dan Turki memiliki konsep yang mirip. Namanya variolation. Untuk memahami cara kerjanya, kita lihat dulu bagaimana sejarah penemuan metode ini.
Di Indonesia, cacar hanya dikenal sebagai cacar air (chickenpox), padahal sebenarnya penyakit cacar banyak sekali macamnya. Salah satu yang paling tua dan sudah sangat jarang terjadi kasusnya adalah smallpox, yang disebabkan oleh virus Variola major atau Variola minor. Variola major adalah jenis yang lebih mematikan.
Smallpox adalah salah satu penyakit tertua di dunia, yang salah satu kasus pertamanya berasal dari jaman Firaun. Ramses V diduga meninggal karena penyakit tersebut. WHO menyatakan smallpox punah pada 1980, dengan kasusNATURAL terakhir terjadi kepada Ali Maow Malin, seorang koki asal Somalia pada 1977 untuk Variola minor, sementara kasusVariola major natural terakhir terjadi kepada gadis kecil asal Bangladesh pada 1975.
![Stempel pos Turki yang dikeluarkan pada tahun 1967 untuk memperingati ulang tahun ke 250 dari vaksinasi cacar pertama. [Sumber: 1001 Inventions]](https://static.wixstatic.com/media/45c5e7_22a19ab1cf4e4530bab34636a699d6b5~mv2.jpg/v1/fill/w_300,h_291,al_c,q_80,enc_auto/45c5e7_22a19ab1cf4e4530bab34636a699d6b5~mv2.jpg)
Smallpox sendiri menjadi pandemik di Eropa pada abad ke-7, dan terus menghantui dunia sejak saat itu. Namun pada 1500-an, China memiliki metodenya sendiri untuk menyembuhkan smallpox, yang disebut inoculation. Caranya adalah dengan mengambil sedikit kulit kering dari luka penderita smallpox, yang kemudian ditiupkan ke hidung orang yang ‘divarilasi’. Orang tersebut akan mengalami gejala ringan dari smallpox, namun masih dapat diobati. Praktek ini memang tidak seratus persen aman, namun di wilayah-wilayah dimana metode ini dipraktekkan, tidak ada pasien yang mengalami smallpox dua kali, sehingga angka penderita smallpox bisa ditekan.
Praktek tersebut menyebar di Turki lewat kaum Seljuk, yang kemudian terus dilakukan oleh para dokter pada jaman Kesultanan Ustmani. Adalah seorang dokter Turki yang memperkenalkan metode ini kepada bangsa Eropa. Emmanuel Timonius adalah dokter Turki keturunan Yunani yang bekerja untuk Kesultanan pada awal abad ke-18. Pada 1701 saat Kesultanan terjangkit wabah smallpox, dokter ini menggunakan metode variolation untuk membantu menekan jumlah penderita penyakit tersebut. Beliau kemudian menulis sebuah buku dalam Bahasa Latin pada 1713 mengenai metode ini, yang kemudian diterbitkan di London dan Leipzig.
Metode ini menjadi ‘nge-trend’ di Eropa setelah Lady Mary Wortley Montagu, istri Duta Besar Kerajaan Inggris untuk Turki pada abad ke-18. Tidak seperti istri duta besar pada umumnya yang hanya berdiam diri di rumah, Lady Montagu senang berjalan-jalan dan mengamati lingkungan sekelilingnya.
![](https://static.wixstatic.com/media/45c5e7_53d1efe149534b9c8064aa3ed5467a15~mv2.jpg/v1/fill/w_637,h_506,al_c,q_80,enc_auto/45c5e7_53d1efe149534b9c8064aa3ed5467a15~mv2.jpg)
Lady Montagu terkesima saat menyaksikan praktek variolation dilakukan oleh seorang wanita kepada empat hingga lima orang pasien. Kakak laki-laki Lady Montagu sendiri meninggal karena smallpox, sehingga metode ini sangat menarik baginya. Dengan antusias, Lady Montagu menulis kepada kawannya, Sarah Chiswell (yang ironisnya meninggal karena smallpox 9 tahun kemudian) di Inggris mengenai metode yang disaksikannya di Konstatinopel. Namun orang-orang di Inggris tidak seantusias dirinya terhadap metode tersebut, bukan karena metode tersebut dianggap berbahaya, namun karena metode tersebut berasal dari bangsa non-kulit putih, dank arena yang mempresentasikan adalah seorang wanita.
Pada 1718, Lady Montagu memerintahkan dokter kedutaan untuk melakukan metode tersebut kepada putranya yang berusia 5 tahun. Tiga tahun kemudian, sekembalinya dari Turki, Lady Montagu memerintahkan metode yang sama dilakukan kepada putrinya yang berusia 4 tahun, menjadikannya praktek variolation pertama di tanah Eropa.
Lewat cerita mulut ke mulut, metode ini menyebar ke seluruh Inggris, hingga sampai ke telinga keluarga kerajaan. Charles Maitland, dokter Lady Montagu, diberikan kesempatan untuk melakukan variolation kepada tahanan di Penjara Newgate pada 9 Agustus 1721. Para tahanan yang menjadi ‘kelinci percobaan’ ini diberikan remisi khusus: jika mereka sembuh, mereka akan dibebaskan. Hasilnya, seluruh tahanan yang menjadi pasien Maitland sembuh total dan akhirnya keluar dari penjara.
Metode ini memang efektif, namun tidak seratus persen aman. Di sisi lain, selama 70 tahun mendatang, hingga Edward Jenner menemukan vaksin smallpox, metode ini sangat membantu dalam menekan jumlah angka mortalitas penyakit smallpox.(H)