top of page

Jiwa Manusia Terbagi Menjadi Tiga Bagian?(PART-1)


YSAlhambra.com -- Banyak pendapat yang menyebutkan bahwa jiwa manusia terbagi tiga, seperti yang telah disebutkan sebelumnya dengan diperkuat beberapa dalil Alquran, di antaranya, “Hai jiwa yang tenang,” (QS al-Fajr: 27), “Aku ber sumpah demi hari kiamat. Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri),” (QS al-Qiyamah: 1-2), dan “Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Yusuf: 53).

Pendapat yang benar, menurut penulis, sebenarnya jiwa manusia tidak terbagi dalam tiga bagian, hanya saja ia memiliki beberapa sifat. Sifat-sifat inilah yang kemudian melahirkan nama. Dinamakan an-nafs al-muthmainnah karena ketenangannya patuh dalam beribadah, tawakal, bertaubat, dan rida kepada Allah.

Sedangkan an-nafs al- lawwamah dinamakan begitu karena ia tidak bisa tetap dalam satu kondisi, selalu terombang-ambing antara ketaatan dan kemaksiatan. Sedangkan an-nafs alamarah, disebut demikian disebabkan jiwa ini yang paling buruk, selalu mengajak pada setiap keburukan.

Pada bab kedua dalam karyanya ini penulis membahas teori Islam dalam mendidik jiwa manusia. Sesungguhnya pembentukan pribadi Muslim yang kuat tidak akan sempurna kecuali dengan penyucian jiwa (tazkiyat an-nafs) dan menanamkannya di dalam hati. Ia harus melakukannya terlebih dahulu sebelum ia memperhatikan penampilan luar dirinya dan membersihkan jiwa orang lain.

Salah satu keuntungan bagi masyarakat Muslim, yaitu keterikatan mereka kepada ajaran yang benar dan mereka berjalan di bawah naungan dan cahaya-Nya, sehingga mereka bisa lebih mudah meminimalisasi pengaruh-pengaruh dari luar. Hal itu diperkuat dengan ke imanan seorang Muslim bahwa pahala yang akan didapat adalah se suai dengan amal perbuatan yang dilakukannya. Amal baik dan buruk akan menjadi miliknya sendiri.

Islam telah menanamkan pada setiap pribadi Muslim dan umatnya sebuah konsep dasar tentang kebenaran, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri!” (QS al-Isra: 7)

Ayat-ayat Alquran menerangkan dengan jelas bahwa manusia sendiri yang menentukan pahala dari hidayah agama yang diikutinya dan dia sendiri pula yang akan menuai balasan dari kesesatan yang diikutinya. Setiap jiwa akan membawa ganjaran dari apa yang telah diusahakannya. “Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah) maka sesungguhnya dia ber buat itu untuk (keselamatan) diri nya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain.” (QS al-Isra: 15).

Pembahasan utama tentang jiwa dalam Alquran, penulis jelaskan pada bab tiga. Menurut dia, pengulangan kata ‘an-nafs’ yang banyak terjadi dalam Alquran menunjukkan bahwa kitab suci ini sangat memperhatikan dan ingin melindungi kesucian jiwa manusia. Perhatian akan kesucian jiwa juga dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW.

Beliau kerap berdoa, “Ya Allah, berikan kanlah jiwaku ketakwaan. Dan sucikanlah sebab Engkau sebaik-baik yang menyucikan. Engkaulah pendamping dan pemilik jiwa ini.”(Sambung..).(R)

Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page