Deteksi Bakat lewat Sidik Jari
![](https://static.wixstatic.com/media/45c5e7_d39e65654aa64faf94f9692d66073f1c~mv2.jpg/v1/fill/w_400,h_305,al_c,q_80,enc_auto/45c5e7_d39e65654aa64faf94f9692d66073f1c~mv2.jpg)
Gen erat kaitannya dengan motif sidik jari yang diturunkan orang tua kepada anaknya. Motif sidik jari anak pasti akan sama dengan orang tua atau kakeknya. Setiap anak memiliki keunikan, bakat, dan kelebihan masing-masing sejak dilahirkan ke dunia. Kebanyakan orang tua tentu saja ingin mengetahui potensi bawaan dan bakat terpendam anaknya agar mereka bisa menentukan metode pendidikan yang sesuai bagi sang anak. Sering kali orang tua berusaha mencari tahu bakat terpendam anak dengan memantau kegiatan atau tingkah laku keseharian anak. Seorang anak yang cenderung menyukai musik, biasanya oleh orang tuanya dimasukkan ke sekolah musik untuk mengoptimalisasi bakatnya. Begitu pula halnya apabila sang anak terlihat gemar bermain sepak bola, biasanya orang tua mengarahkan sang anak untuk mengikuti latihan di sebuah klub sepak bola. Lantas, bagaimana halnya jika orang tua tidak bisa mengetahui kegiatan yang paling disukai anak-anak mereka? Solusi yang dipilih biasanya ialah cara acak, memasukkan anak-anak ke kursus beberapa bidang, seperti seni, musik, atau olah raga. Dengan cara tersebut, orang tua berharap dapat mengetahui bidang apa yang paling dikuasai dan digemari sang anak. Setelah itu, anak pun diarahkan untuk menekuni bidang tersebut. Selain mengamati aktivitas dan perilaku anak di rumah untuk mengenali bakat dan potensi anak, umumnya orang tua memperhatikan aktivitas belajar anak di sekolah. Apabila sang anak memiliki prestasi yang cukup menonjol pada salah satu bidang, biasanya orang tua berspekulasi menyimpulkan bahwa sang anak memang berbakat di bidang tersebut. Sebagian orang tua ada pula yang rela mengucurkan dana untuk meminta bantuan psikolog atau lembaga psikologi untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki anak mereka. Biasanya psikolog akan mengajukan serangkaian tes psikologi (psikotes) pada anak. Untuk memastikan ketepatan hasil psikotes tersebut, anak pun akan diwawancarai. Selanjutnya hasil dari kedua metode tersebut, yakni psikotes dan wawancara, dianalisis. Hasil analisis tersebut bisa menjadi rujukan bagi orang tua mengenai bakat atau kompetensi yang dimiliki anak. Beberapa metode penentuan potensi bawaan dan bakat anak di atas tersebut sudah umum digunakan selama ini. Sekarang ini, ditemukan metode terbaru yang terbilang lebih praktis dan akurat, yakni dengan memindai 10 jari manusia. Metode tersebut dikenal dengan teknologi dermatoglyphics. Menurut Jason Teo, Chief Operating Offi cer (COO) Brain Child Learning (BCL), teknologi dermatoglyphics dapat dipakai untuk membuktikan seberapa besar kapasitas yang dimiliki anak sejak lahir, mengetahui potensi bawaan, serta bakat terpendam anak. Teknologi tersebut, lanjut Jason, mulanya dikembangkan di Harvard University, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat (AS). Selanjutnya BCL mengembangkan teknologi dermatoglyphics selama 15 tahun untuk disesuaikan dengan kebutuhan tes bagi anak-anak di Asia. Dilihat dari cara kerjanya, teknologi yang berupa perangkat lunak itu menghitung jumlah garis dalam sidik jari manusia. Setelah itu, software akan mengukur derajat antara pertemuan garis dan pusat pada motif garis di jari. Seusai pengukuran, perangkat lunak tersebut akan menganalisis karakter seseorang berdasarkan jenis sidik jari. Secara umum, jenis sidik jari manusia ada empat macam, yaitu whorl (W), ulnar loop (U), radial loop (R), dan arch (A). Orang dengan jenis sidik jari whorl biasanya memiliki karakter independen, kompetitif, keras kepala, dan proaktif. Karakter orang yang memiliki jenis sidik jari ulnar loop biasanya emosional, memiliki kemampuan adaptasi yang cepat, serta mudah berinteraksi. Orang yang memiliki jenis sidik jari radial loop biasanya cenderung egois dan memiliki pemikiran terbalik. Adapun karakter orang yang memiliki jenis sidik jari arch cenderung praktis, realistis, efi sien, tetapi konservatif. Kombinasi Amerika-Asia Jason mengatakan perangkat lunak dermatoglyphics tersebut dapat mengenali karakter seseorang sesuai dengan data base yang sebelumnya memang sudah dimasukkan saat pemprograman. Basis data itu dibangun berdasarkan data statistik, ilmu dermatoglyphics, dan ilmu genetik. Data statistik perangkat lunak dermatoglyphics itu berasal dari sidik jari 3 juta orang. Sampel tersebut merupakan kombinasi dari masyarakat Amerika dan Asia. Dengan demikian, sampel telah mewakili orang-orang dari belahan dunia Barat dan Timur. Pemprograman data base perangkat lunak dermatoglyphics juga bersumber dari perkembangan ilmu dermatoglyphics, yaitu studi yang mempelajari sifat alamiah sidik jari. Dari hasil penelitian para ilmuwan di bidang dermatoglyphics, diketahui bahwa setiap individu di dunia memiliki sidik jari yang berbeda-beda. Karakter sidik jari manusia juga ternyata berhubungan erat dengan bagian fungsi otak. “Ibu jari memiliki jalinan ke otak depan. Motif garis ibu jari itu bisa menunjukkan karakter seseorang,” kata Jason. Telunjuk memiliki hubungan dengan otak depan yang posisinya lebih atas. Motif garis telunjuk tersebut dapat menunjukkan pemikiran logis dan kreativitas seseorang. Jari tengah memiliki keterkaitan dengan otak bagian atas. Motif jari tengah itu dapat menunjukkan kontrol pergerakan minor dan mayor seseorang. Adapun jari manis memiliki jalinan dengan otak yang berada di belakang telinga. Motif jari manis itu kerap dikaitkan dengan kontrol pendengaran. Sedangkan jari kelingking memiliki hubungan dengan otak belakang. Motif jari kelingking itu dapat menunjukkan tingkat konsentrasi maupun penglihatan seseorang. Jari-jari tangan sebelah kanan seseorang, kata Jason, mewakili fungsi otak sebelah kiri. Otak kiri berfungsi untuk melihat perbedaan angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan, dan logika. Sedangkan jari-jari tangan sebelah kiri seseorang mewakili fungsi otak sebelah kanan. Otak kanan berfungsi untuk melihat persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk ruang, emosi, musik, dan warna. Data base perangkat lunak dermatoglyphics diprogram berdasarkan ilmu genetika. Umum diketahui, gen merupakan unit dasar dalam kehidupan manusia. Gen bertindak seperti kode kehidupan manusia yang menerima dan menyampaikan pesan-pesan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. “Gen erat kaitannya dengan motif sidik jari yang diturunkan orang tua kepada anaknya. Motif sidik jari anak pasti akan sama dengan orang tua atau kakeknya,” ujar Jason. Secara medis, motif sidik jari manusia terbentuk sempurna pada minggu ke-13 ketika janin mulai berkembang. Jason menambahkan dengan data base yang lengkap, otomatis perangkat lunak dermatoglyphics dapat mengetahui karakter sidik jari manusia yang berbeda-beda secara spesifi k dan akurat. “Alhasil, teknologi itu dapat membaca kelebihan juga kekurangan anak serta solusinya dengan tingkat akurasi mencapai 95 persen,” klaim Jason. Sayangnya, teknologi itu hanya efektif untuk mengetahui kompetensi anak pada usia 5 hingga 15 tahun. Rentang usia tersebut merupakan masa perkembangan saraf-saraf otak manusia. Pada masa-masa itu pula segala potensi anak masih berpeluang dikembangkan. Sedangkan saat usia anak mencapai lebih dari 15 tahun, pembentukan karakter lebih sulit karena anak sudah memiliki pemikiran matang. Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus Dengan kata lain, tanda pengenal manusia tertera pada ujung jari mereka. Sistem pengkodean ini dapat disamakan dengan sistem kode garis (barcode) sebagaimana yang digunakan saat ini.Hal Ini dikarenakan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain. Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia. Akan tetapi, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang. Dan hal ini ditekankan dalam Al Qur'an pada Surah (Qs: Al-Qiyama:3-4): أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَلَّن نَّجْمَعَ عِظَامَهُ Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? بَلَىٰ قَادِرِينَ عَلَىٰ أَن نُّسَوِّيَ بَنَانَهُ Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. "Maha benar Allah atas segala firmanNya"